Sabtu, 09 April 2011

Meat and Bone Meal (MBM)


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Hal ini dapat berdampak besar dalam suatu pertumbuhan ternak, sehingga dalam praktikum ini kita akan melihat sejauh mana Meat and bone meal (MBM)  bisa menjadi salah satu pakan yang memiliki zat gisi yang tinggi.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi pameliharaan ternak khususnya pemberian pakan, perlu dilakukan pamberian pakan yang penyedian bahan pakan. Pakan  tepung tulang dan daging akan kita lihat bagaimana pakan tersebut bisa memenuhi zat gisi suatu ternak. Dalam sebuah pakan ternak seringkali kekurangan zat-zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh tenak, perlu diketahui bahwa zat-zat yang harus diperhatikan dalam sebuah pakan yaitu kabohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineralnya. Didasari oleh betapa pentingnya nutrisi ataupun zat-zat gizi yang terdapat di pakan ternak, maka dari itu dilakukannya praktikum nutrisi ternak dasar. Untuk mengetahui analisa kadar prosimat dari beberapa bahan pakan khususnya Meat and bone meal (MBM)

B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum Ilmu Nutrisi pada analisa prosimat yaitu analisa kadar air , kadar abu, kadar serat kasar, kadar lemak kasar, kadar protein kasar, kadar kasium, kadar fosfor adalah untuk mengetahui kandungan nutrisi yang terdapat dalam Tepung tulang dan daging
Kegunaan dari praktikum Ilmu Nutrisi pada analisa prosimat yaitu analisa kadar air , kadar abu, kadar serat kasar, kadar lemak kasar, kadar protein kasar, kadar kasium, kadar fosfor adalah Praktikan dapat menganalisa kandungan zat yang dimiliki oleh suatu bahan pakan, dalam hal ini tepung tulang dan daging dan praktikan dapat mengetahui prosedur kerja analisa proksimat.



















TINJAUAAN PUSTAKA
A.    tepung Tulang dan Daging Sebagai bahan Baku Pakan Ternak
                    Produk yang berprotein tinggi ini memeliki tingkat degradasi yang lebuh rendah dibanding dengan bngkil kedelai. Tepung daging dapat difermentasi dalam ramsum sebanyak kurang lebih 30% ( kempton, 1985 ) lebih redah dari pada bungkil kedelai. Subtitusi bungkil kedelai dengan tepung daging 2,18, 4,36 sampai 6,75% dalam ramsum spi pedaging tidak memperlihatkan perbedaan dalam penampilan hewan. Pertambahan bobot badan lebih baik terlihat pada subtitusi 2,18 %, namun belum sampai berbeda nyata dengan ramsum bungkil kedelai yang sebagai sumber protein tunggal ( Aminuddin, 1995 ).

B.  Manfaat Tulang dan Daging Bagi Ternak
                    Meat and bone meal (MBM) adalah produk asal hewan yang diperoleh dengan daur ulang dan dihaluskan untuk menghasilkan bahan makanan yang bernutrisi dan ekonomis. Bagian tubuh hewan tidak semuanya dapat di jadikan tepung tulang seperti darah, rambut, kuku, tanduk, potongan kulit dan isi perut. Pada MBM ini kadar kalsiumnya sangat tinggi, hal ini menunjukkan bahwa pada meat and bone meal ini terdapat penambahan kalsium dari sumber lain selain tulang. Kandungan kalsium dalam tepung tulang ini harus tidak lebih dari 2.2 kali kandungan dari posfor.
Selain terdapat kandungan calsium dan posfor, MBM juga dapat dijadikan sebagai sumber bahan pangan yang mengandung protein tinggi. Hal ini apabila MBM tersebut dimasukkan kedalam campuran pakan dengan rata-rata sampai dengan 5% atau bila ditambahkan kedalam pakan hewan sebanyak 0.68 kg/ekor sapi setiap harinya, tetapi pemberian secara langsung seperti ini tidak terlalu bagus karena harusnya didahului dengan pemberian pakan secara berangsur-angsur.
MBM terutama di gunakan dalam pakan hewan yang bertujuan untuk memperbaiki kandungan asam amino yang terdapat dalam pakan hewan. Pakan yang terbuat dari MBM untuk ternak dapat menyebabkan timbulnya penyebaran bovine spongiform encephalophaty(BSE).


C. Analisa Proksimat
1. Analisa Kadar Air
Air adalah zat makanan yang paling sederhana, namun adalah yang paling sukar penentuannya dalam analisis proksimat. Penentuan kadar air dilakukan dengan pemanasan 105°C secara terus menerus sampai sampel bahan beratnya tidak berubah lagi (konstan). Namun, untuk produk-produk biologik, bila dipanaskan dengan temperature melebihi 70°C, akan kehilangan zat-zat volatil (zat-zat yang mudah menguap). Sehingga, untuk penetuan kadar yang tepat, pemanasan dengan temperature yang lebih rendah dan dengan menggunakan desikator yang dapat divakumkan. Tetapi karena alat ini sangat terbatas kapasitasnya, sampel yang dapat dianalisa juga terbatas. Untuk alasan ini laboratorium tetap menggunakan temperature tinggi. Pentingnya air dalam menentukan nilai makanan adalah pengaruhnya terhadap komposisi makanan karena sifat pengencer air tersebut.
Karena air sangat variable, maka harus diperhitungkan bila seseorang ingin membeli suatu bahan makanan. Bahan makanan yang mengandung banyak air, bila harganya murah, kelihatannya memberikan tawaran yang baik, namun kadar air harus diketahui, dan bila telah didapat kadar airnya, kita dapat membandingkan nilai makanan bahan tersebut atas dasar bahan kering, untuk mendapatkan nilai makanan yang sebenarnya
Patokan pemberian makanan tidak memperhitungkan kebutuhan air oleh ternak dan Tillman (1989) berpendapat bahwa hal ini merupakan kekeliruan di Indonesia, terutama karena banyak pengusaha ternak kelihatannya tidak cukup memberikan perhatian pentingnya air bagi ternak. Kebutuhan air berhubungan erat dengan konsumsi kalori yang dapat diperhitungkan. Sehingga air yang diberikan sebagai minuman harus dapat tersedia setiap waktu untuk mencukupi kebutuhannya (Tillman, 1989).
2. Analisa Kadar Abu
Komponen abu pada analisis proksimat tidak memberikan nilai makanan yang penting. Jumlah abu dalam bahan makanan hanya penting untuk menentukan perhitungan BETN. Kenyataannya, kombinasi unsure-unsur mineral dalam bahan makanan berasal dari tanaman sangat bervariasi sehingga nilai abu tidak dapt dipakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsure mineral tertentu atau kombinasi unsur-unsur yang penting ( Tillman, 1989).
Pada bahan makanan yang berasal dari hewan, kadar abu berguna sebagai indeks untuk kadar kalsium dan fosfor. Dengan diketahuinya kadar abu, masih diperlukan analisis lebih lanjut untuk memisahkan 17 unsur penting yang diperlukan ilmu makanan (Tillman, 1989).
3. Analisa Kadar Serat Kasar
Istilah serat makanan ( dietary fiber ) harus dibedakan dengan isitilah  serat kasar ( crude fiber ) yang biasa digunakan dalam analisa proksimat bahan pangan. Serat kasar adalah bagian dari pakan yang tidak dapat dihidrolisi oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat ( H2SO4  1,25% ) dan natrium hidroksida ( NaOH 1,25% ). Sedangkan  serat makanan adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat di hidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan.
Menurut Piliang dan Djojosoebagio ( 2002 ), mengemukakan bahwa hasil yang dimaksudkan dengan serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat 30 menit yang dilakukan dilaboratorium. Dengan proses seperti ini dapat ini dapat merusak abeberapa macam serat yang tidak dapat dicerna oleh manusia dan tidak dapat diketahui komposisi kimia. Tiap-tiap bahan yang membentuk dinding sel. Oleh karena itu serat kasar merendahkan perkiraan jumlah kandungan serat besar 80% untuk hemiselulosa 50 – 90%  atau lignin dan 20- 50% untuk selulosa.
4. Analisa Kadar Protein Kasar
Analisa protein dapat dilakukan dengan dua metode yaitu secara kualitatif terdiri atas reaksi xantoprotein, reaksi Hopkins-cole, reaksi millon nitroprusida, dan reaksi sakaguchi. Secara kuantitatif terdiri dari metode Khejedal, metode titrasi formol, metode lowry, metode spekrofotometer visiable ( buret ), dan metode spetorofotometri ( Anonim, 2007 ). 
5. Analisa Kadar Lemak Kasar
Klasifikasi lemak dan minyak
Menurut Rohman (2007), berdasarkan strukturnya lemak terdiri dari:
a.       Lemak sederhana (simple lipids)
     Ester lemak-alkohol
     Contohnya : ester gliserida, lemak, dan malam.
b.      Lemak komplek (composite lipids dan sphingolipids)
     Ester lemak-non alcohol
     Contohnya : fosfolipid, glikolipid, aminolipid, lipoprotein
c.       Turunan lemak (derived lipids)
     Contohnya : asam lemak, gliserol, keton, hormon, vitamin larut lemak,   steroid, karotenoid, aldehid asam lemak, lilin dan hidrokarbon.
     Berdasarkan kejenuhannya :
1.      Asam lemak jenuh
          Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zag yang dapat cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga biasanya berwujud padat.
Contohnya ialah : asam butirat, asam palmitat, asam stearat.

2.      Asam lemak tak jenuh
Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak dengan lebih dari satu ikatan, dua tidak lazim, terutama terdapat pada minyak nabati, minyak ini disebut poliunsaturat. Trigliserida tak jenuh ganda (poli-unsaturat) cenderung berbentuk minyak. Contohnya ialah : asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat.
6. Analisa Kadar Fosfor
Kehadiran fosfat dalam air menimbulkan permasalahan terhadap kualitas air, misalnya terjadinya eutrofikasi. Untuk memecahkan masalah tersebut dengan mengurangi masukan fosfat kedalam badan air, misalnya dengan mengurangi pemakaian bahan yang menghasilkan limbah fosfat dan melakukan pengolahan limbah fosfat.
Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku ( apit ) atau sedimen dengan kandungan fosfor ekonomis. Biasanya kandungan fosfor dinyatakan sebagai bobe phosphate of lime ( BPL ) atau triphosphate of lime ( TPL ) atau berdasarkan P2O5.
Fosfat sebagai pupuk alam tidak cocok untuk tanaman pangan, karena tidak larut dalam air sehingga sulit diserap oleh akar tanaman pangan. Fosfat untuk pupuk tanaman pangan perlu diolah menjadi pupuk buatan Anonim (2007).

 
7. Analisa Kadar Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat didalam tubuh manusia. Kira-kira 99% kalsium terdapat didalam jaringan keras, yaitu pada tulang dan gigi. 1% kalsium terdapat pada darah dan jaringan lunak. Tanpa kalsium yang 1% ini, otot akan mengalami gangguan kontraksi darah akan sulitmembeku, tranformasi darah terganggu ( Anonim, 2010 ).
Fungsi dari kalsium yaitu:
1.      Membentuk serta mempertahankan tulang dan gigi yang sehat.
2.      Mencegah osteoporis.
3.      Membantu proses pembekuan proses pembekuan darah dan penyembuhan luka.
4.      Mengatur kontraksi otot.
5.      Menghantar sinyal ke dalm sel-sel syaraf.
6.      Membantu transport ion melalui membrane
7.      Sebagai komponen penting dalam produksi hormone dan enzim yang mengatur proses pencernaan, energy dan metabolism lemak.
8.      Mengatasi kram, sakit pinggang, wasir, dan reumatik.
9.      Mengatasi keluhan saat haid dan menopause
10.  Meminimalkan penyusunan tulang selam hamil dan menyusui.


METODOLOGI PRAKTIKUM
A.  Kadar Air
Waktu dan Tempat
Praktikum Nutrisi Ternak Dasar mengenai analisis kadar air ini, dilaksanakan pada Senin, 19 April 2010 sampai dengan selasa, 20 April 2010, yang bertempat di Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu: neraca analitik,
 oven, cawan porselin, desikator, dan gegep.
Bahan yang digunakan yaitu Meat and bone meal (MBM)
Metode Praktikum
v  Terlebih dahulu cawan porselin dikeringkan selama kira-kira 1 jam dalam oven pada suhu 105° C, kemudian didinginkan ke dalam desikator selama 15 menit dan timbang (x).
v  Timbang sampel(tepung daging) dengan teliti lebih kurang 0,5 gr (y) lalu masukkan ke dalam cawan porselin.
v  Kemudian cawan porselin dan sampel yang berada di dalamnya dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105° C untuk dikeringkan selama 8 jam atau dibermalamkan.
v  Kemudian didinginkan dalam desikator delama 30 menit, lalu ditimbang
B. Kadar Abu
Waktu dan Tempat
Praktikum Nutrisi Ternak Dasar mengenai analisis kadar abu ini, dilaksanakan pada Senin, 19 April 2010 sampai dengan selasa, 20 April 2010, yang bertempat di Laboratorium Kimia Makanan Ternak , Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar
Materi Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu: cawan porselin,
tanur listrik, desikator, dan gegep.
Bahan yang digunakan adalah Meat and bone meal (MBM)
Metode Praktikum
v  Terlebih dahulu cawan porselin dikeringkan selama kira-kira 1 jam dalam oven pada suhu 105° C, kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan timbang (a).
v  Ditimbang dengan teliti lebih kurang 0,5 (b) dan dimasukkan ke dalam cawan porselin.
v  Kemudian cawan bersama dengan sampel yang berada di dalamnya dimasukkan dalam tanur dengan suhu 600° C kemudian dibiarkan selama 3 jam sampai menjadi abu betul.
v  Dibiarkan agak dingin kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama ½ jam
v  Timbang (c)
v  Disimpan untuk penetapan kadar kalsium dan Pospor (Ca dan P).
C. Kadar Lemak Kasar
Waktu dan Tempat
Praktikum Nutrisi Ternak Dasar mengenai analisis kadar abu ini, dilaksanakan pada Senin, 19 April 2010 sampai dengan Rabu, 21 April 2010, yang bertempat di Laboratorium Kimia Makanan Ternak , Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar
Materi Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu: tabung reaksi berskala 10ml, neraca analitik, pipet skala 5 cc, cawan porselin, oven, desikator dan gegep.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum  ini adalah kloroform atau pelarut lemak lainnya.
Metode Praktikum
v  Timbang lebih kurang 0,5 sampel
v  Masukkan ke dalam tabung reaksi berskal 10 ml
v  Tambahkan kloroform mendekati skala
v  Tutup rapat kemudian kocok dan biarkan bermalam
v  Saring dengan kertas tissue ke dalam tabung reaksi
v  Pipet 5 ml ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya (a gram)
v  Ovenkan pada suhu 100° selama 8 jam atau biarkan bermalam
v  Masukkan ke  dalam desikator lebih kurang 30 menit
v  Timbang (b gram).
D. Kadar Serat Kasar
Waktu dan tempat
Praktikum Nutrisi Ternak Dasar mengenai analisis kadar abu ini, dilaksanakan pada Rabu, 21 April 2010 sampai dengan  sabtu, 24 April 2010 yang bertempat di Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar
Materi praktikum
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu : neraca analitik, gelas piala 600 ml, penangas listrik, tabung reaksi tertutup 50 cc, sintered glass, pompa vakum, corong, tanur, oven, desikator, dan gegep
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu : H2SO4 0,3 N, NaOH 1,5 N, Alcohol teknis, Aquades, dan kertas saring.
Metode praktikum
v  Timbang sampel 0,5 g lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi
v  Tambahkan 30 ml H2SO4 0,3 N dan direfluks selama 30 menit
v  Tambahkan 1,5 ml NaOH 1,5 N kemudian direfluks selama 30 menit dan disaring dengan menggunakan sintered glass no.1 sambil diisap dengan pompa vakum
v  Cuci dengan menggunakan 50 cc air panas, 50 cc H2SO4 0,3 N, 50 cc air panas dan 50 cc alcohol
v  Keringkan dalama oven pada suhu 105° selama 8 jam atau biarkan bermalam lalu dinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (a)
v  Tanurkan selama 3 jam lalu dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (b).
E. Kadar Protein Kasar
Waktu dan tempat
Praktikum Nutrisi Ternak Dasar mengenai analisis kadar abu ini, dilaksanakan pada Senin, 19 April 2010 sampai dengan Rabu, 21 April 2010, yang bertempat di Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar
Materi praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu : cawan porselin, neraca analitik, labu kjehdhal 100 ml, Labu ukur 100 ml, Labu semprot, Alat penyuling nitrogen beserta kelengkapannya (Destilator), penangas listrik, Lemari asam, Buret asam,pompa pengisap, dan Erlenmeyer.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini H2SO4 pekat, campuran Selenium, H3BO3 2%, arutan H2SO4 0,0229 N, dan  NaOH 30%.

Metode Praktikum
v  Timbang kurang lebih 0,5 gr sampel
v  Masukkan ke dalam labu kjedhal 100 ml
v  Tambahkan kurang lebih 1 gr campuran selenium dan 10 ml H2SO4 pekat (teknis)
v  Labu kjedhal bersanma isinya digoyangkan sampai semua sampel terbasahi dengan H2SO4
v  Destruksi dalam lemari asam sampai jernih
v  Setelah dingin, dituang ke dalam labu ukur 100 ml dan dibilas dengan air suling
v  Pipet 5 ml sampel dalam labu ukur 100 ml dan tambahkan 5 ml larutan NaOH 30% dan air suling
v  Siapkan labu penampung yang terdiri dari 10 ml H3BO3 2% ditambah dengan 4 tetes larutan indicator campuran dalam Erlenmeyer 100 ml
v  Suling hingga volume penampung menjadi lebih kurang 50 ml
v  Bilas ujung penyuling dengan air suling kemudian penampung bersama isinya dititrasi dengan larutan HCl atau H2SO4 0,0229 N.
F. Kadar Fosfor
Waktu dan Tempat
Praktikum analisis kadar fosfor ini, dilaksanakan  pada sabtu, 24 April 2010 sampai selesai yang bertempat di Laboratorium Kimia Makanan Ternak, jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar
Materi Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu: Tabung reaksi, Pipet volume 1 ml dan 5ml, Labu ukur 50 ml, dan Spektofotometer.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu: Amonium molibdat, Larutan vitamin c dan Aquades.
 Metode Praktikum
v  Pipet 1 ml ( 5 ml sampel hijauan ) larutan yang telah dibuat dalam penetapan kadar Ca dan dimasukkan kedalam labu ukur 50ml, kemudian beri 3 ml larutan Amonium molibdat dan 2,5 Vitamin C.
v  Selanjutnya ditambahkan aquades hingga berhimpit dengan garis, kemudian kocok hingga homogen.
v  Biarkan selama 30 menit, selanjutnya masukkan kedalam tabung reaksi dan letakkan kedalam spektofotometer ( panjang gelombang 570 nm )
v  Catat pembacaan spektofotometer
G. Kadar Kalsium
Waktu dan Tempat
Praktikum Nutrisi Ternak Dasar mengenai analisis kadar fosfor ini, dilaksanakan pada  sabtu, April 2010 hingga selesai, yang bertempat di Laboratorium Kimia Makanan  Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar
Materi Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu: Cawan porselin, Corong, Gelas piala, Labu ukur 100 ml, Pipet, Labu semprot, Pemanas listrik, Lemari asam, Thermometer, Buret, Elenmeyer, dan Kertas saring.
Bahan kimia yang digunakan yaitu Hcl pekat, Indikator menthil merah, Hcl 3:1, Larytan Nh4OH 1:1, Amonium oxalate 4% dan KMn O4 0,1 N.   
Metode Praktikum
v  Abu dalam cawan porcelain pada penetapan kadar abu ditambahkan 3 ml HCL pekat.
v  Encerkan dengan air suling, hingga volume kurang lebih ½ cm, dari dinding atau cawan dan biarkan bermalam.
v  Tuangkan kedalam labu ukur 100 ml melalui corong yang dilengkapi dengan kertas saring.
v  Bilas dengan air suling hingga volume mendekat 100 ml.
v  Himpitkan sampai tanda garis, kemudian kocok hingga homogan ( Siapkan untuk penetapan kadar kalsium, fosfor, dan mineral ).
v  Pipet 20 ml larutan kedalam gelas piala 100 ml dan tambahkan beberapa tetes larutan indicator methyl merah.
v  Tambahkan tetes demi tetes larutan NH4OH 1:1 hingga warna berubah menjadi orange atau kekuning-kuningan.
v  Tambahkan kembali HCL 1:3 tetes demi tetes hingga kembali merah dan tambahkan dua tetes berlebih.
v  Panaskan hingga mendidih, kemudian tambahkan 15 cc larutan ammonium oxalate 4%.
v  Panaskan hingga membentuk endapan putih, kalau warna berubah kembalikan kemerah dengan menambahkan tetes demi tetes HCL 1:3.
v  Panaskan hingga endapan mengkristal kemudian disaring dengan kertas saring no 1 atau sejenisnya.
v  Cuci dengan air panas hingga bebas dengan uji tetes terakhir dengan larutan AgNO3, atau lakmus, biasanya dengan hilangnya warna merah.
v  Kertas saring isinya dikeringkan ( dibiarkan bermalam atau diovenkan ).
v  Masukkan kedalam elenmeyer yang berisi 100 ml air suling dan 5 cc H2SO4 pekat.
v  Panaskan hingga suhu 70°C - 80°C ( thermometer) dan titrasi dengan larutan KMnO4 0,1000 N hingga warna merah bertahan 30 detik.



ANALISA DATA
1. Analisa Kadar Air
Data :
-       Sampel                           :   Meat and bone meal (MBM)
-       Berat cawan porselin      :   13,3257gram
-       Berat  sampel                   :  0.5001   gram
-       Berat setelah diovenkan  :  13,8035 gram
Rumus : Kadar Air

Keterangan :
x : Berat cawan
y : Berat sampel
z : Berat cawan setelah diovenkan
2. Analisa Kadar Abu
Data :
-       Sampel                            :   Meat and bone meal (MBM)
-       Berat cawan porselin      :   11,1143 gram
-       Berat  sampel                  :   0,4994   gram
-       Berat setelah ditanur       :   11,2336 gram



Rumus : Kadar Abu 
Keterangan :
a : Berat cawan
b : Berat sampel
c : Berat cawan setelah diovenkan
3. Analisa Kadar Serat Kasar
Data :
-       Sampel                             :   Meat and bone meal (MBM)
-       Berat  sampel                   :  0.5020   gram
-       Berat setelah diovenkan  :  44,706 gram
-       Berat setelah ditanur       :   44,3616 gram
Rumus : Kadar Serat Kasar
Keterangan :
a : Berat sampel setelah diovenkan
b : Berat sampel setelah ditanur

 4.  Analisa Kadar Lemak
Data :
-       Sampel                             :  Meat and bone meal (MBM)
-       Berat sampel                    :  0,5006   gram
-       Berat cawan porselin       :  12,4109 gram
-       Berat setelah diovenkan  : 12,4458 gram
Rumus : Kadar Lemak

Keterangan :
P : Faktor pengenceran
a : Berat sampel setelah diovenkan
b : Berat cawan setelah diovenkan
5. Analisa Kadar Protein
Data :
-   Sampel                           : Meat and bone meal (MBM)
-   Berat sampel                  :  0,4990  gram
-   Volume titrasi                :  10,05
-   Normalitas H2SO4            :  0,0142


Rumus : Kadar Protein 




Keterangan :
V : Volume titrasi contoh
N : Normalitas larutan HCL atau H2SO4 , sebagai penitar
P : Faktor pengencer
6. Analisa Kadar Kalsium
Data :
-       Sampel                             :  Meat and bone meal (MBM)
-       Berat sampel                    :  0,4994   gram
-       Factor pengenceran         :  100/5 = 2
-       Volume titrasi                  : 3,5 ml
            -    KMnO4                           : 0,1000 N
           


Rumus : Kadar Kalsium

Keterangan:
P : Faktor pengenceran
a : Volume penitrasi
N KMnO4 : 0,1000 N
7. Analisa Kadar Fosfor
Data :
-       Sampel                                     :  Meat and bone meal (MBM)
-       Berat sampel                            : 0,4994   gram
            -   Pembacaan spektrofotometer  : 0,405 A
            Rumus : Kadar Fosfor
                                      

Keterangan :
A : Pembacaan absorbance pada spektrofotometer



HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
     Tabel Hasil Pengamatan Analisa Prosikmat Sampel
NO
KOMPOSISI
JUMLAH
1.
Kadar Air
4,46%
2.
Kadar Abu
23,88%
3.
Kadar Serat Kasar
1,79%
4.
Kadar Protein Kasar
50,04%
5.
Kadar Lemak Kasar
13,94%
6.
Kadar  Kalsium
71,37%
7.
Kadar Fosfor
4,40%

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada Analisa proksimat, maka telah diketahui persentase jumlah kadar yang terdapat didalam Meat and bone meal (MBM) :
Kadar air yang terdapat dikolonjono mencapai 4,46 %. Penentuan kadar air dilakukan agar kita dapat mengetahui seberapa banyak kandungan air yang terdapat disuatu pakan ternak, khususnya Meat and bone meal (MBM).  Kebutuhan air bagi ternak harus terpenuhi, karena sangat berhubungan dengan jumlah kalori yang diberikan oleh ternak  . Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman ( 1989 ) yang berpenndapat bahwa kebutuhan air berhubungan erat dengan konsumsi kalori yang dapat diperhitungkan. Sehingga air yang diberikan sebagai minuman harus dapat tersedia setiap waktu untuk mencukupi kebutuhannya.
Kadar abu yang terdapat di Meat and bone meal (MBM) mencapai 23,88%. Penentuan kadar abu dilakukan agar dapat mengetahui seberapa banyak nutrisi yang terkandung didalam suatu pakan ternak, contohnya seperti  fosfor dan kalsium, khususnya yang terdapat pada sampel Meat and bone meal (MBM) .Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman ( 1989 ) yang mengatakan bahwa pada bahan makanan yang berasal dari hewan, kadar abu berguna sebagai indeks untuk kadar kalsium dan fosfor. Dengan diketahuinya kadar abu, masih diperlukan analisis lebih lanjut untuk memisahkan 17 unsur penting yang diperlukan ilmu makanan
Kadar serat kasar yang terdapat di Meat and bone meal (MBM)  mencapai 1,79%. Penentuan kadar serat kasar dilakukan agar dapat mengetahui serat kasar terkandung didalam pakan ternak, khususnya Meat and bone meal (MBM)  . Serat kasar ini adalah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan menggunakan asam kuat selama waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Piliang dan Djojosoebagio (2002), mengemukakan bahwa hasil yang dimaksudkan dengan serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat 30 menit yang dilakukan dilaboratorium.
Kadar protein kasar yang terdapat di Meat and bone meal (MBM)  mencapai 50,04%. Penentuan kadar protein kasar agar dapat mengetahui seberapa banyak protein kasar yang terdapat disuatu pakan ternak dimana khususnya Meat and bone meal (MBM) . Dimana dalam proses ini tidak dijelaskan terbaginya beberapa metode. Sehingga hal ini tidak sesuai dengan pendapat Anonim (2007) yang mengemukakan bahwa analisa protein dapat dilakukan dengan dua metode yaitu secara kualitatif  dan kuantitatif.
Kadar lemak kasar yang terdapat di Meat and bone meal (MBM)  mencapai 13,94%. Penentuan kadar lemak kasar untuk mengetahui seberapa banyak lemak kasar yang terdapat dalam sebuah pakan ternak khususnya dalam Meat and bone meal (MBM). Dimana dalam percobaan ini kita kita hanya mengetahui kandungan lemak dalam Meat and bone meal (MBM), tidak membagi beberapa struktur lemak. Sehinnga hal ini tidak sesuai dengan pendapat Rohman (2007) yang mengemukakan bahwa lemak terbagi beberapa struktur yaitu lemak sederhana, lemak komplek, dan turunan lemak.
Kadar kalsium yang terdapat di Meat and bone meal (MBM) mencapai 71,37%. Penentuan kalsium untuk mengetahui seberapa banyak kandungan kalsium yang terdapat dalam sebuah pakan ternak, khususnya Meat and bone meal (MBM). Dimana mineral sangat dibutuhkan oleh tubuh makhluk hidup, karena ± 99% terdapat didalam jaringan. Hal ini sesuai dengan dengan pendapat Anonim (2010) yang mengemukakan bahwa kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat didalam tubuh manusia. Kira-kira 99% kalsium terdapat didalam jaringan keras, yaitu pada tulang dan gigi. 1% kalsium terdapat pada darah dan jaringan lunak. Tanpa kalsium yang 1% ini, otot akan mengalami gangguan kontraksi darah akan sulitmembeku, tranformasi darah terganggu
Kadar fosfor yang tedapat didalam kolonjono mencapai 0,44%. Penentuan kadar fosfor   untuk mengetahui seberapa banyak kandungan fosfor yang terdapat dalam sebuah pakan ternak, khususnya tanaman kolonjono. Dimana kandungan fosfor merupakan bahan makanan utama unggas dan babi, dalam bentuk garam asam fitat. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Anonim (2007) yang mengatakan bahwa fosfat sebagai pupuk alam tidak cocok untuk tanaman pangan, karena tidak larut dalam air sehingga sulit diserap oleh akar tanaman pangan. Fosfat untuk pupuk tanaman pangan perlu diolah menjadi pupuk buatan.






PENUTUP
A. Kesimpulan
1.      Analisis prosimat dilakukan agar dapat mengetahui jenis-jenis pakan yang baik untuk kesehatan ternak. Dimana kandungan ataupun nutrisinya akan dapat diketahui.     
2.      Kadar air, protein, lemak, serat kasar, kalsium, fosfor perlu diperhatikan dalam sebuah pakan ternak, khususnya Meat and bone meal (MBM). Karena dapat berpengaruh dalam proses pertumbuhan, reproduksi dan produksi.
3.      Penentuan kadar abu dilakukan agar kita dapat mengetahui seberapa banyak kandungan zat gisi yang terdapat dalam suatu pakan ternak, khususnya Meat and bone meal (MBM)

B. Saran
Laboratorium: Sebaiknya Laboratorium Kimia Makanan Ternak     lebih diperhatikan kebersihannya, agar para praktikan lebih bisa kosentrasi menerima pengetahuan
Asisten       : Sebaiknya  kedisiplinannya perlu ditingkatkan, agar para praktikan lebih bisa diatur dan tidak seenaknya bertingkah didalam laboratorium.



DAFTAR PUSTAKA
Rawah, 2009. Tanaman kolonjono. http: //www.Manfaat kolonjono.com. diakses pada tanggal 12 April 2010.

Tillman, 1989. Analisis Prosikmat. http://www.analisis prosikmat.com. diakses pada tanggal 12 April 2010.

Parakllasi, aminuddin, 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan I. Universits Indonesia. Bogor.

Pilling dan Djojosoebagio. Serat kasar. http://www.kadar serat kasar.com.diakses pada tanggal 12 April 2010.

Rohman, 2007. Lemak kasar. http://www.kadar lemak kasar.com. diakses pada tanggal 12 April 2010.

Anonim, 2007.  Analisis proksimat. http://www.analisis prosimat.com diakses pada tanggal 12 April 2010.

1 komentar:

  1. coba baca http://www.kaskus.co.id/thread/556724d15c7798b1378b456c/?ref=homelanding&med=hot_thread

    MBM/Meat-Bone-Meal yang menyebabkan sapi membentuk protein asing bernama Prion sebagai cikal bakal sapi gila/madcow (Lihat Nyata edisi II Agustus 08, edisi IV Mei 08)

    BalasHapus